Building Strong Teams in Disrupted World

Ketidakmampuan pemimpin untuk mengatur emosi dan berkomunikasi secara efektif sering kali mengakibatkan kebingungan dalam tim, konflik yang tidak terselesaikan, dan penurunan motivasi di antara anggota tim.

Apa Penyebabnya?

Kesenjangan Kesadaran Diri: Kemampuan Memimpin dan Mengelola Emosi yang Terbatas

Sebuah survei oleh The Emotional Intelligence Consortium (2023) menunjukkan bahwa hanya 36% pemimpin yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi. Ini menunjukkan bahwa kekurangan keterampilan kecerdasan emosional merupakan masalah besar di dalam organisasi, yang menimbulkan konflik dan mengurangi keharmonisan dalam tim.

Kesenjangan Digital Memicu Kecemasan: Komunikasi Antar Generasi dan Platform yang Terfragmentasi

Sebuah studi oleh Pew Research Center (2021) menemukan bahwa 72% pekerja Gen Z dan 62% pekerja Milenial lebih suka berkomunikasi melalui pesan instan daripada email. Ini menunjukkan kesenjangan digital yang signifikan dalam preferensi komunikasi antar generasi.

Dunia "BANI" Menimbulkan Ketidakpastian: Ketahanan dan Kepercayaan Terancam dalam Lingkungan yang Tidak Stabil

Sebuah survei oleh Gartner (2022) menunjukkan bahwa 75% pemimpin bisnis merasa bahwa ketidakpastian ekonomi dan geopolitik telah meningkatkan tingkat stres dan kecemasan di tempat kerja. Ini menunjukkan bagaimana lingkungan BANI berdampak negatif pada ketahanan dan kepercayaan di dalam organisasi.

Generasi Z Membawa Tantangan Baru: Kesulitan Berkomunikasi dan Membangun Keterlibatan

Sebuah studi oleh Deloitte (2022) menemukan bahwa 60% pekerja Gen Z merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka. Ini menunjukkan bahwa organisasi perlu melakukan lebih banyak upaya untuk menyesuaikan program pengembangan kepemimpinan dengan kebutuhan Generasi Z.

Bila anda dan perusahaan anda mengalami kejadian – kejadian tersebut, artinya ada relasi yang tidak terhubung satu dengan yang lainnya.

Apa Akibatnya?

Kesenjangan Digital Memicu Kecemasan: Komunikasi Antar Generasi dan Platform yang Terfragmentasi

Dunia "BANI" Menimbulkan Ketidakpastian: Ketahanan dan Kepercayaan Terancam dalam Lingkungan yang Tidak Stabil

Kesulitan Berkomunikasi dan Membangun Keterlibatan

Kolaborasi Manusia dan AI yang Belum Terdefinisi

Padahal...

Hal diatas bisa jadi berlawanan dengan ekspektasi dari organisasi Anda

Organisasi yang Inklusif dan Adaptif

Organisasi harus menjadi lingkungan yang inklusif dan adaptif terhadap perubahan cepat yang terjadi di dunia digital. Ini berarti menciptakan budaya organisasi yang menghormati keragaman generasi, gaya komunikasi, dan kebutuhan individu.

Organisasi harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan strategi komunikasi dan kepemimpinan mereka seiring dengan perubahan teknologi dan tren baru.

Organisasi yang Berpusat pada Manusia

Organisasi harus menempatkan manusia di pusat semua keputusan dan tindakan mereka. Ini berarti menghargai nilai dan kontribusi setiap individu, menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan dan pengembangan karyawan, dan menjamin keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.

Organisasi yang Berorientasi pada Masa Depan

Organisasi harus memiliki visi yang jelas tentang masa depan dan mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi dan tren baru. Ini berarti menginvestasikan sumber daya dalam penelitian dan pengembangan, mengadopsi teknologi baru secara efektif, dan menciptakan budaya organisasi yang mendukung inovasi

bisa jadi

Tantangannya banyak banget, diantaranya...

Kurangnya Kepemimpinan yang Transformatif

Kepemimpinan yang tidak visioner, tidak adaptif, dan tidak berfokus pada pengembangan karyawan menjadi penghambat utama. Kepemimpinan yang hanya berfokus pada target jangka pendek, tidak mau keluar dari zona nyaman, dan tidak mau berinvestasi dalam pengembangan karyawan akan sulit untuk menciptakan organisasi yang inklusif, adaptif, berpusat pada manusia, dan berorientasi pada masa depan.

Contoh: Pemimpin yang tidak mau menerima feedback dari karyawan, tidak mau berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan karyawan, tidak mau mendelegasikan tugas, dan tidak mau mengambil risiko untuk mencoba hal baru akan sulit untuk menciptakan organisasi yang inovatif dan adaptif.

Budaya Organisasi yang Kaku dan Bersifat Hierarkis

Budaya organisasi yang kaku, hierarkis, dan tidak terbuka terhadap ide-ide baru menjadi penghambat bagi komunikasi yang terbuka, kolaborasi yang efektif, dan pengembangan karyawan. Budaya yang menekankan pada kepatuhan dan ketaatan akan sulit untuk mendorong inovasi, kreativitas, dan pengambilan risiko.

Contoh: Organisasi yang memiliki struktur hierarkis yang kaku, di mana karyawan tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan ide atau memberikan masukan, akan sulit untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan adaptif.

Keengganan untuk Mengadopsi Teknologi Baru

Keengganan untuk mengadopsi teknologi baru dan menginvestasikan sumber daya dalam pengembangan keterampilan digital karyawan menjadi penghambat utama bagi organisasi untuk mencapai harapan ideal dalam era digital. Organisasi yang terlambat mengadopsi teknologi baru akan sulit untuk bersaing dengan organisasi lain yang lebih cepat beradaptasi.

Contoh: Organisasi yang tidak mau menginvestasikan sumber daya dalam pengembangan keterampilan digital karyawan mereka akan sulit untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung inovasi dan kreativitas.

Kurangnya Komitmen dan Kesadaran dari Pimpinan dan Karyawan

Kurangnya komitmen dan kesadaran dari pimpinan dan karyawan terhadap pentingnya perubahan dan adaptasi menjadi penghambat utama. Jika pimpinan dan karyawan tidak memahami pentingnya perubahan dan adaptasi, maka organisasi akan sulit untuk mencapai harapan ideal dalam era digital.

Contoh: Jika pimpinan dan karyawan tidak mau berusaha untuk menyesuaikan cara kerja mereka dengan perubahan teknologi dan tren baru, maka organisasi akan sulit untuk bersaing dengan organisasi lain yang lebih cepat beradaptasi

Untuk mengatasi penghambat-penghambat tersebut, organisasi harus mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan. Ini termasuk mengembangkan kepemimpinan yang transformatif, menciptakan budaya organisasi yang mendukung inovasi dan adaptasi, menginvestasikan sumber daya dalam pengembangan keterampilan digital karyawan, dan meningkatkan kesadaran dan komitmen pimpinan dan karyawan terhadap pentingnya perubahan dan adaptasi.

Lalu...

Bagaimana Menjawab Tantangan Tersebut?

Membangun Kepemimpinan Berbasis Pemahaman Diri

Pemimpin yang terkoneksi dengan diri sendiri memahami nilai, tujuan, dan kekuatan mereka. Mereka juga menyadari kelemahan dan area yang perlu ditingkatkan.

Membangun Komunikasi yang Bermakna dan Berempati

Memahami diri sendiri, termasuk nilai-nilai, gaya komunikasi, dan kelemahan, membantu pemimpin untuk berkomunikasi dengan lebih efektif. Mereka dapat memahami bagaimana komunikasi mereka berdampak pada orang lain dan menyesuaikan gaya mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Membangun Lingkungan Kerja yang Mendukung Pertumbuhan, Pengembangan, dan Kolaborasi

Pemimpin yang terkoneksi dengan diri sendiri dapat menjadi teladan bagi karyawan. Mereka menunjukkan bagaimana cara berkomunikasi dengan efektif, bagaimana cara menghadapi tantangan dengan positif, dan bagaimana cara terus belajar dan berkembang.

PERKENALKAN

Workshop Leading with Empathy

merupakan program pengembangan kepemimpinan yang berfokus pada penguatan kesadaran diri dan pemahaman mendalam tentang fungsi manusia melalui pendekatan Neurosemantics. Program ini dirancang untuk membantu para pemimpin dalam:

Workshop ini merupakan

Solusi untuk Mengatasi Tantangan Kepemimpinan dan Meningkatkan Kinerja Tim

Mengatasi Kurangnya Pemahaman Diri

Peserta akan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai, motivasi, kekuatan, dan kelemahan mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk memimpin dengan lebih autentik dan empati.

Mengatasi Kesulitan dalam Komunikasi

Peserta akan belajar untuk berkomunikasi dengan lebih efektif, membangun kepercayaan, dan mendorong dialog terbuka. Mereka akan lebih mampu membangun hubungan yang kuat dan memotivasi anggota tim.

Mengatasi Kurangnya Kolaborasi

Workshop ini membantu pemimpin untuk menciptakan nuansa kepemimpinan yang mendorong kolaborasi dan kerja sama tim. Dengan memahami kebutuhan dan motivasi anggota tim, pemimpin dapat membangun lingkungan kerja yang mendukung dan mendorong setiap anggota untuk mencapai tujuan bersama.

Workshop Leading with Empathy ini..

adalah investasi strategis yang membantu pemimpin untuk membangun tim yang kuat, meningkatkan kinerja organisasi, dan mencapai tujuan bisnis yang lebih besar. Dengan memahami diri sendiri, berkomunikasi dengan efektif, dan mendorong kolaborasi, pemimpin dapat menghadapi tantangan kepemimpinan di era digital dengan lebih baik dan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif.

Trainer

Poernama Prijatna

Trainer HCR.ID

Akrab disapa dengan Kang Poer, adalah seorang neurosemantik trainer, dari international society of neurosemantics institute. Selain memfasilitasi para leader di perusahaan maupun public melalui sesi training dan coaching dalam bidang komunikasi dan leadership. Kang poer juga merupakan seorang penulis dan kontributor di harian Kompas . com, setelah Buku pertamanya TEAM IN YOU release digramedia , saat ini kang poer sedang menyelesaikan buku keduanya berjudul CONNECT AND LEAD.

Apa yang Para Expert Katakan tentang training Kang Poer?

Pelatihan "Building High-Performing Teams" yang dibawakan Kang Poer, melebihi ekspektasi kami! Para pemimpin kami mendapatkan wawasan berharga dan keterampilan praktis yang membantu mereka membentuk tim yang lebih solid dan sangat produktif. Pelatihan ini benar benar mengubah cara kami bekerja dan mencapai hasil. 

Nikodemus Pudjoharsono
Nikodemus Pudjoharsono Head of Learning & Development - FIT HUB

Materi training yang dibawakan memang mendalam. Dan banyak yang kami baru tahu dari Coach Poernama, terutama tentang komunikasi dengan pendekatan Neurosemantics. Namun karena pembawaan yang  jenaka, menjadi lebih mudah bagi kami mencernanya dan sangat praktis untuk langsung di aplikasikan dalam dunia kerja. Team saya lebih sustain motivasinya karena sudah di install dari dalam mindset-nya. 

Ivan Christian
Ivan Christian Branch Manager, PT Bank Sampoerna Tbk

Sesi workshop yang dipandu oleh Kang Pur (sapaan akrab Coach Poernama Prijatna) saat kami Rapat Kerja memberi banyak perubahan. Metoda penyampaiannya interaktif. Rapat kerja didesain menghadirkan seluruh project manager, BOD-1 dan juga tim support. Dua-tiga bulan setelahnya, saya bersyukur, terjadi perubahan yang significant. Komunikasi antar tim menjadi lebih cair. Kolaborasi meningkat. Sehingga tim kecil juga banyak terbentuk untuk memecahkan masalah dan memberi solusi positif bagi perusahaan. Kinerja perusahaan mulai menanjak.

Ir. Ari Wijaya, S.T., M.M., ASCA., IPM
Ir. Ari Wijaya, S.T., M.M., ASCA., IPM Direktur Utama PT. Elnusa Fabrikasi Konstruksi

Taking classes facilitated by Poernama Prijatna has provided me with numerous insights as well as practical aspects that assist me in operating as a leader for my team members

Syaefullah Kamal
Syaefullah Kamal Senior Analyst 1 Infrastructure Services at DXC TECHNOLOGY, Indonesia

Daftar sekarang juga

Amankan seat workshop ini dan tingkatkan skill komunikasi Anda. 

Gunakan Kode Diskon “KOMUNIKASI” untuk mendapatkan potongan diskon 500 ribu pada saat checkout

Chat WhatsApp
WhatsApp